Berbicara masa lalu, siapapun kita, dari manapun kita berasal,
berpangkat apapun jabatan kita, dikenal bahkan tak jelas asal-usul kitapun pasti
pernah memiliki masa lalu. Masa di mana kita menangis, tertawa, tersenyum,
terduduk lesu, berteriak, kesal, marah, terharu, menjerit, dan semua ekspresi
jiwa pernah singgah di dalam diri kita. Menjadi gumpalan-gumpalan kenangan yang
bisa jadi merupakan kenangan yang tak pernah hilang dalam ingatan, terekam
dalam memori paling dalam, yang akhirnya menyembul menjadi bongkahan peristiwa
yang membuat nyeri dalam hati,
penyesalan luar biasa dalam jiwa, merutuki diri yang begitu bodoh dan kotor.
Sebab pernah diri ini jatuh pada lubang kenistaan yang menyebabkan aib yang tak
termaafkan.
Atau malah kenangan yang membuat kita menangis terharu,
tersenyum bahagia, ketenangan batin yang tak tergambarkan dengan kata-kata, dan
rentetan peristiwa yang menjadikan kita bersyukur tiap detik. Sebab belum lama
kita diangkat menjadi karyawan tetap di perusahaan tempat kita bekerja atau
kita dapat arisan bulanan yang memang sangat kita harapkan.
Sebagai seorang yang memang memiliki masa lalu, kadang, sikap
seseorang berbeda dalam menyikapi masa lalu. Tak ikhlas akan peristiwa masa
lalu dikarenakan trauma yang begitu membekas di dalam alam bawah pikiran kita
atau mencoba menguatkan diri atas perisitwa kelam masa lalu dan bersabar atas
kekhilafan diri sambil terus memperbaiki meskipun sulit, tertatih dan tak
jarang jatuh lagi kemudian bangkit lagi.
Bagi sebagian orang, kata bijak berdamai dengan masa lalu
merupakan cara efektif agar kita tidak terkurung dan selalu merasa bersalah
atas perbuatan terkutuk kita. Mengubah pola pikir dengan meminimalisir perasaan
sehingga kita dapat berpikir jernih lalu berjalan seolah-olah biasa saja.
menganggap masa lalu merupakan pengalaman hidup yang berharga, lalu mencoba
menatap masa depan lebih optimis. Menutupnya rapat-rapat. Dan tak perlu diingat-ingat
kembali.
Tapi ada juga orang-orang yang dengan masa lalu yang pahit,
harus berjuang lebih keras, lebih hebat, lebih bertenaga, lebih kuat. Sebab
bagi mereka, masa lalu adalah tonjokkan yang sangat menohok dirinya. Masih
harus terus berjuang untuk meninggalkan kenangan dan trauma yang tak bisa dan
tak mudah ditanggalkan seperti layaknya menanggalkan pakaian kotor ke tempat
cucian lalu dicuci dan bersih kembali. Bertarung dengan masa lalu diibaratkan tapak-tapak luka yang masih
berbekas. Tak jarang masalalu itu seperti bayangan dirinya. Yang bisa
sewaktu-waktu datang dan membuat dirinya semakin terpuruk. Seseorang yang
bertarung pada masa lalu, ia akan terus belajar memperbaiki diri, lebih peka
terhadap situasi dirinya jika suatu kali berhadapan dengan sesuatu yang
mengingatkan bahkan berhadapan lagi dengan masa lalunya. Berani mengambil sikap
tegas pada dirinya dan tidak mudah terkontaminasi pada hal-hal buruk yang
nantinya akan membuat dirinya kembali pada masalalu yang pahit.
Memang tak mudah menyikapi masalalu. Ada yang memilih berdamai
namun tak sedikit yang harus bertarung dengan masa lalu. Semua sikap, tindakan,
godaan, pikiran, seyogyanya harus menanamkan di dalam diri bahwa masa lalu
merupakan bagian yang tak bisa dihindari. Jadikan masa lalu sebagai energi
untuk terus mengoreksi kelemahan dan pikiran-pikiran yang tak terkendali. Satu
hal yang bisa dijadikan patokan bahwa, “Masalalu ya masalalu. Setiap orang
memiliki masa lalu. Dan jangan menjadikan masa lalu seseorang sebagai patokan
menilai diri seseorang yang malah menutup kebaikan dan nilai plus yang ada
dalam diri seseorang.dan kita, yang juga memiliki masa lalu, beranikan diri
untuk mengatakan, “Itu masa lalu saya. dan saya belajar banyak pada masa lalu
saya sehingga saya tak ingin kembali dan mengulang masalalu saya yang dapat
merusak masa depan saya.”
Referensi ; dari sebuah blog. maaf di lupakan nama blognya.