Jumat, 24 Juni 2016

Ikhlas Tanpa Berharap Mawar Meski Duri yang diDapat




Hembusan angin berlalu begitu saja, kesejukannya hanya sekejap tidak berbekas.

Derap Langkah kaki tak terdengar , ringan namun tidak benar-benar terdengar.  Menjauh atau mendekat tak ada yang tahu. Selalu begitu.

Puisi tak selalu indah, rasanya semu. Selalu sama.

Hidup tak hanya tentang cinta, tapi cinta selalu membuat seseorang terjatuh.Ia memang kejam, membuat manusia tertawa, tersenyum, bersedih atau menahan amarah.

Namun.. Harumnya melebihi bunga mawar, indahnya layaknya kunang-kunang yang terbang di gelapnya malam,  rasanya seperti peri-peri kecil yang terbang bebas kesana-kemari.

Tetapi.. pedihnya melebihi sakitnya duri mawar. Dapat merobohkan pertahanan yang telah dibangun cukup lama.

Sejauh itu....

Jika kunang-kunang bisa begitu indah dalam gelapnya malam, mengapa kau tak bisa tetap indah dalam gelapnya dunia ?


Jika peri bisa terbang bebas, mengapa jiwa mu tak bebas ? selalu terperangkap dalam penjara yang kau buat sendiri.

Dan jika bunga mawar tetap indah meski memiliki duri-duri yang menyakitkan , mengapa kau tidak tetap indah meski didalam kepedihan ??

Langit biru terbentang luas, tetap terbentang walau kadang kala hujan badai datang, gemuruh petir bersaut-sautan atau awan-awan menyelimuti. Langit tetap kokoh terbentang meski silih berganti yang datang.


Ada banyak cinta menerangi jalan kehidupan, manusia bisa apa jika selain menjalaninya. Tidak ada pilihan karena sang raja pemilih yang memilihkan untuk ciptaannya.

Ia yang setia yang akan selalu mendoakan kebaikan untuk mu, dengan tulus dan ikhlas tanpa meminta mawar meski duri yang didapatnya.

Ia yang tak setia akan menyerah tanpa pernah berdoa dan hanya mengharapkan mawar tanpa ingin tersentuh duriya.